Wednesday 30 October 2013

Mesut Özil berbakat sejak belia


Sebuah lapangan kecil dikelilingi pagar terletak di antara impitan blok apartemen kumuh khas kawasan industri. Di tempat seperti itulah Mesut Oezil kecil mengasah bakatnya hingga menjadi salah satu raja assist di sepak bola modern.

lapangan berpagar setinggi tiga meter itu disebut affenkaefig atau kandang monyet. Konotasi negatif tersebut dikenal luas oleh warga sekitar yang merupakan keturunan para imigran di Jerman. Affenkaefig satu-satunya arena bermain sepak bola bagi anak-anak di tengah terbatasnya lahan terbuka.

"Sering kali saya bermain melawan orang yang lebih tua lima-enam tahun. Saya bertubuh kecil sehingga harus membangun mental untuk melawan orang yang lebih tua dan kuat. Karena lapangan itu sangat kecil, bola tak pernah keluar dan permainan terus berjalan. Jarak antar pemain juga sangat dekat. Hal itu sangat membantu mengembangkan teknik saya," ucap Oezil.

Terlahir sebagai generasi ketiga dari imigran asal Zonguldak, Turki, Oezil tumbuh besar dilingkungan kota industri Gelsenkirchen, Jerman. Ayahnya, Mustafa, cuma pengusaha restoran kecil-kecilan, tapi ia mendukung penuh minat sang anak. Saat berusia tujuh tahun, Oezil terdaftar di tim junior Westfalia, Gelsenkirchen.

Bakat pengidola Zinedine Zidane itu langsung mencuat. Di balik postur mungil, penampilan terkesan loyo, serta sikap pemali, ia paling menonjol di antara rekan-rekannya di lapangan. visi dan kreatifitas memimpin serangan sudah tampak.

Tak mengherankan apabila Oezil secara cepat menarik atensi klub lokal kebangsaan Gelsenkirchen, Schalke 04. Hanya semusim di tim junior, pemain berjulukan El Buho alias Burung hantu karena memiliki kelopak mata besar itu dipromosikan ke skuat utama saat berusia 17 tahun. Kilau permata Oezil semakin mengkilap saat membela Werder Bremen. Tak percuma Die Werderaner mengeluarkan biaya 4,3 juta euro, termahal untuk transfer pemain remaja saat itu, demi menggaetnya dari Schalke. Kebiasaan bermain di lapangan kecil semasa masih bocah membuat otaknya terprogram menggamati pergerakan rekan setim secara cermat. Oezil seperti sangat sensitif terhadap sudut dan ruang sehingga bisa melihat area kosong yang tak tampak oleh orang lain.


bakat langka semacam itu dipraktikannya di Bremen. Saat itu dia semakin dikenal sebagai pemasok assist jempolan dan disebut The nem Diego, mengacu pada kemiripan skill Oezil dengan Diego Ribas da Cunha., playmaker terbaik Bremen kala itu. Selama dua setengah musim di sana, Oezil menciptakan 43 assist dan 15 gol dalam 106 laga diberbagai ajang.

"Oezil sangat kecil, pemalu, dan tertutup. Namun, dia berubah sangat eksplosif dan menjadi pemain terbesat saat di lapangan." kata Ralf Maraun, pelatih Mesut Oezil di Westfalia

Modal bakat spesial yang terus diasah sejak belia itu membawa Oezil menjadi bintang di setiap tim yang dibelannya, mulai dari Real Madrid, Timnas Jerman dan kini Arsenal. Terbukti dari segudang julukan positifnya yang disematkan unruknya, antara lain Lionel Messi-nya Jerman, Zidane-nya Jerman, hingga Sang Penyihir.


Sebelum membela Tim Meriam London, Ia menciptakan rekor fantastis sebagai pencetak 71 assist dalam lima musim terakhir. Jumlah itu terbanyak di antara pemain lima liga elite Eropa.bahkan melebihi catatan bintang Barcelona, Messi (68). Saat didatangkan Arsenal dari Real Madrid seharga 42,5 juta pound, Oezil lagi-lagi memegang predikat termahal, bahkan untuk dua kategori rekor termahal untuk sebagai pemain Arsenal dan pesepak bola Jerman.