Sunday 3 June 2012

Final Liga Champions 2005-06

      

       Final Liga Champions 2006 di Stade de France mempertemukan dua tim lapar gelar dari daratan Eropa. Bagi Barcelona, ini final kelima, tapi yang pertama dalam 12 tahun atau sejak dibantai AC Milan di Athena tahun 1994. Bagi Arsenal, ini final pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Liga Champions. The Gunners juga menjadi klub asal London pertama yang mencapai final.
     Barca mencapai final sebagai jura grup, di di babak knock-out mengalahkah Chelsea, Benfica, dan Milan. Arsenal melewati fase penyisihan grup sebagai juara, mengempaskan Real Madrid, Juventus, dan Villarreal, tanpa kebobolan. 
     Bahkan Arsenal mencetak rekor sebagai tim yang tak kebobolan selama 919 menit, sejak Ajax Amsterdam membobol gawang Jens Lehmann di penyisihan grup. Lebih jelasnya, Arsenal hanya kebobolan dua gol dalam 12 laga sebelum mencapai final. Barcelona produktif dengan 114 gol di semua kompetisi sepanjang musim itu.
     UEFA memutuskan menggelar final di Stade de France, setelah mempertimbangkan kapasitas stadion, infrastruktur, rencana promosional bandara dan kota. Pertimbangan lainnya, Stade de France berpengalaman menggelar laga internasional dan tingkat Eropa. 
      Di Barcelona, sebuah televisi selebar 70 meter dibentang di Mini Estadi, untuk acara nonton bareng sekitar 15.276 fans La Blaugrana. Sebelumnya, sekitar 1,2 juta penduduk Barca tumpah ruah di jalan-jalan merayakan sukses timnya menjuarai La Liga.
     Pagi hari, beberapa jam sebelum final, masalah muncul. Assisten wasit Ole Hermann Borgan berpose dengan seragam Barcelona untuk Drammens Tidende -- surat kabar Norwegia. UEFA memutuskan mencopotnya, dan menunjuk Arild Sundet -- rekan senegara Borgan -- sebagai penggantinya.
      Rune Pedersen, ketua asosiasi wasit Norwegia, mengatakan; "Ada peraturan tak tertulis bahwa wasit tidak boleh melakukan apapun yang bisa membuatnya diragukan netralitasnya."
      Pemenang final ini akan mendapat trofi baru. Trofi lama menjadi milik abadi Liverpool, menyusul sukses Liverpool menjuarai Liga Champions kali kelima tahun berikutnya.

      Barcelona menggunakan formasi 4-3-3, dengan Mark van Bommel dan Edmilson di lapangan tengah Bersama Deco. Xavi dan Andres Iniesta berada di depannya. Lionel Messi tidak bermain, kendati telah kembali dari cedera. Henrik Larsson menjadi pemain pengganti, dan tampil kali terakhir untuk Barca.
     Arsenal memainkan formasi 4-5-1, dengan Emmanuel Eboue menggantikan Lauren -- yang mengalami cedera. Ashley Cole kembali ke posisi left-back kali ketiga. Ia lebih banyak absen akibat cedera. Thierry Henry sendirian di depan, Frederick Ljungberg bermain melebar di sisi kanan.
     Arsenal menggunakan jersey kedua, dengan warga kuning. Barcelona mengenakan kostum tradisional, dengan biru dan maroon. Arsenal memenangkan undian koin kick off.
      Thierry Henry mengancam lebih dulu lewat tembakan langsung ke gawang Victor Valdez. Menit ketujuh, Ludovic Giuly membuat Jens Lehmann berjibaku menyelamatkan gawangnya.
      Memasuki menit ke-18, Lehmann menjadi orang pertama yang diganjar kartu merah di final Liga Champions, akibat mengganjal Samuel Eto'o di luar kotak penalti. Robert Pires dikorbankan agar Manuel Almunia bisa berdiri di bawah mistar. Giuly mencetak gol, tapi dianulir karena pelanggaran. 
       Menit ke-35, Sol Campbell mencetak gol, memanfaatkan umpan tembakan bebas. Wasit memberi tembakan bebas karena Carles Pujol menjatuhkan Eboue di kotak penalti. Pengamat mengatakan Eboue melakukan diving.
       Di babak kedua, Arsenal tertekan hebat sejak menit pertama, dan Almunia beberapa kali harus kerja keras menyelamatkan gawangnya. Namun gol balasan Barcelona baru lahir menit ke-76. Samuel Eto'o memanfaatkan umpan matang Larsson -- yang masuk menit ke-61 untuk menggantikan Mark van Bommel.
      Menit ke-80, Larsson mengirim umpan ke Juliano Belletti. Pemain yang masuk menggantikan Oleguer menit ke-71 itu mengkonversinya menjadi gol kemenangan.
      Pergantian yang dilakukan Arsene Wenger, setelah gol pertama Barca, relatif tidak membawa pangaruh. Kehadiran Mathieu Flamini, menggantikan Cesc Fabregas, tidak mengubah performa lini tengah The Gunners.
      Barca pulang dengan trofi Liga Champions, tapi musim berikutnya pelatih Frank Rijkaard gagal mengatasi kemunduran timnya. Ronaldinho bukan lagi yang terbaik. Deco mulai memperlihatkan penurunan prestasi. Sedangkan Messi memperlihatkan kematangan, yang memberi harapan baru.